Kamis, 06 Juni 2013

Cara Aman Membersihkan Telinga

Oleh: Erly Susana

Tak selamanya membersihkan telinga itu baik. Salah penggunaan, justru bisa terjadi iritasi pada telinga, atau bahkan komplikasi pada alat dengar.

Pada dasarnya, seperti disampaikan dr. Kartika Dwiyani, SpTHT, yang perlu diketahui bahwa liang telinga itu terdiri atas lapisan kulit yang mengandung kelenjar. Lapisan terluarnya akan selalu mengalami pengelupasan secara alami.

Sementara kotoran telinga atau yang biasa disebut serumen, merupakan campuran dari hasil produksi kelenjar di liang telinga dengan pengelupasan tadi. Semua ini berfungsi untuk pembersihan, perlindungan telinga, serta pelumasan liang telinga. 

“Jadi secara normal ada mekanisme pembersihan telinga secara otomatis (self cleansing). Kotoran telinga akan bergerak ke luar dari liang telinga dengan bantuan gerakan rahang saat mengunyah atau berbicara,” ujarnya. 

Mengapa bisa terjadi penumpukan serumen? “Itu karena proses self cleansing tidak berfungsi dengan baik,” tambahnya.

Penyebab lainnya, yaitu kecepatan produksi serumen yang berbeda-beda pada setiap individu, atau penggunaan alat bantu dengar. “Bisa juga karena ada kelainan kulit liang telinga dan ukuran liangnya yang sempit,” ungkapnya. 

Namun Kartika  menegaskan, penumpukan kotoran telinga ini hanya terjadi pada 1 dari 10 anak, 1 dari 20 orang dewasa, dan sepertiga dari populasi lanjut usia. Dampak penumpukan bisa berupa gangguan pendengaran, rasa berdengung di liang telinga, atau rasa nyeri pada liang telinga. Pada tahap ini, dia menyarankan perlunya tindakan medis berupa pembersihan liang telinga oleh dokter yang kompeten.

Walaupun ada potensi penumpukan kotoran pada liang telinga, dia menyarankan agar tidak asal saat membersihkannya. Misalnya saat menggunakan cotton bud atau pembersih dari kapas. Yang lebih bahaya lagi adalah ketika kotoran telinga berjenis semi padat atau padat. “Yang terjadi justru kotoran terdorong ke dalam, menekati gendang telinga,” ujarnya. 

Dampak lain adalah iritasi pada kulit liang telinga akibat gesekan yang dapat menyebabkan infeksi. Lebih parah lagi, lanjut dokter THT yang praktek di RS Jakarta itu, penggunaan cotton bud yang terlalu dalam pada liang telinga juga dapat menyebabkan tertusuknya gendang telinga hingga berakibat kebocoran gendang telinga. 

Sementara terkait dengan penggunaan ear candle atau lilin terapi  telinga, Kartika memastikan belum adanya bukti medis mengenai manfaat penggunaannya. Mengutip sebuah penelitian pada 1996 di Amerika, dia menuturkan, ternyata tidak ada pembersihan serumen pada pasien yang telah proses ear candling. 

Pada proses penelitan selanjutnya, dia mengungkapkan, “survei dilakukan terhadap 122 dokter spesialis THT di Amerika.”

Hasilnya menakjubkan. Dari pengakuan para dokter yang jadi responden itu, ditemukan 21 kasus komplikasi langsung setelah menjalani ear candling. Sebanyak  13 pasien mengalami luka bakar di daun telinga, 7 pasien mengalami penyumbatan di liang telinga dan 1 pasien mengalami kebocoran gendang telinga. 

Pada komplikasi tidak langsung, ditemukan: 3 pasien mengalami infeksi pada liang telinga luar dan 6 pasien lainnya mengalami penurunan pendengaran sementara.

Selanjutnya, agar pembersihan liang telinga tetap aman, dokter spesialis dari Universitas Indonesia ini memberikan beberapa saran:

1. Mengingat adanya mekanisme self cleansing, tidak perlu terlalu sering membersihkan bagian dalamnya. “Variasi waktunya memang berbeda bagi setiap individu, karena perbedaan kondisi anatomi dan kecepatan produksi serumen di liang telinga,” katanya. 

2. Untuk menjaga kebersihan, cukup bersihkan liang telinga bagian luar saja.

3. Penggunaan cotton bud, tissue lembut, atau kapas hanya untuk membersihkan daun telinga dan bagian luar dari liang telinga. Tidak untuk dimasukkan ke dalam liang telinga. 

4. Kalaupun menggunakan cotton bud, pilihlah yang berkualitas baik, sehingga terhindar dari risiko terlepasnya kapas dari tangkainya atau pun patahnya tangkai cotton bud. 

5. Hindari penggunaan cotton bud yang menimbulkan gesekan terlalu kuat pada kullit dinding liang telinga. 

6. Untuk pembersihan liang telinga bagian lebih dalam, dapat dilakukan dengan kontrol teratur ke dokter spesialis THT, misalnya enam bulan sekali. “Bisa juga tergantung dari kondisi dan keluhan yang dialami masing-masing pasien.

Sumber : http://id.she.yahoo.com/cara-aman-membersihkan-telinga-035100618.html

Bahaya Membersihkan Kuping dengan Cotton Bud

Tanya:
Telinga saya sering sekali gatal. Kadang kena goncangan saja rasanya gatal. Akhirnya saya gunakan cotton-bud (hampir setiap hari) untuk membersihkan kuping saya. Apa penyebab gatal ini ya, Dok? Apakah telinga saya sensitif atau ada gejala penyakit tertentu?
Indra

Jawab:
Hai Indra,

Gatal pada telinga merupakan salah satu tanda adanya gangguan di telinga, yang bisa berupa:
1. Infeksi saluran telinga luar 
2. Alergi
3. Kotoran di telinga

Infeksi saluran telinga luar yang disebabkan jamur, dalam istilah medis dikenal dengan nama otomikosis. Penyakit ini sering ditemui di negara tropis seperti Indonesia. 

Telinga terdiri dari daun telinga, telinga bagian luar, tengah, dan dalam. Sepertiga bagian telinga luar mengandung kelenjar yang menghasilkan serumen atau ear wax yang menciptakan suasana asam, sehingga bakteri dan jamur tidak dapat hidup. Serumen yang menipis atau terdesak terlalu dalam bisa menyebabkan kondisi liang telinga luar menjadi basa. Hal ini nantinya menyebabkan jamur dapat tumbuh subur. 

Oleh karena itu, hindari penggunaan sabun untuk membersihkan telinga, dan hindari membersihkan liang telinga sendiri dengan cotton bud, karena dapat menyebakan kotoran telinga makin terdesak ke dalam dan ada risiko iritasi pada telinga akibat mengorek terlalu keras dan dalam.

Dalam keadaan normal, telinga mempunyai mekanisme untuk membersihkan dengan sendirinya, karena serumen dan serpihan kulit telinga akibat pergantian sel akan menuju bagian terluar telinga dengan sendirinya. Biasanya dokter hanya menganjurkkan untuk membersihkan daun telinga dan lubang terluar.

Selain infeksi, gatal juga bisa disebabkan karena reaksi alergi dan adanya kotoran telinga. Gatal akibat reaksi alergi biasanya tidak hanya pada telinga saja. Biasanya akan muncul pula reaksi alergi lain seperti kulit yang kemerahan dan gatal ataupun mata menjadi bengkak.

dr. Fresia JuwitasariSaran saya hentikan pemakaian cotton bud dan lakukan pemeriksaan lebih lanjut ke dokter spesialis THT untuk pemeriksaan telinga secara langsung.

Salam sehat.


dr. Fresia Juwitasari
www.MeetDoctor.com



Sumber : http://id.she.yahoo.com/bahaya-membersihkan-kuping-dengan-cotton-bud-065834125.html

Jangan Gegabah Tangani Telinga Kemasukan Air

Oleh: Erly Towoliu/Denisa Tristianty


Pernahkan telinga Anda kemasukan air saat mandi atau berenang, kemudian ditetesi air lagi supaya airnya keluar? Cara tersebut ternyata berpotensi menimbulkan masalah serius pada telinga.

Dokter yang berpraktik di RS Jakarta dan RSUP Persahabatan, dr. Kartika Dwiyani, SpTHT-KL  menegaskan, “Memasukkan air kembali ke dalam telinga ditakutkan akan menyebabkan iritasi lebih lanjut karena kotornya air yang dimasukkan. Di samping juga tidak diketahuinya kondisi kesehatan di dalam telinga,” katanya.

Apalagi ada dua kondisi di mana telinga tidak boleh kemasukan air: Adanya radang pada liang telinga dan kebocoran liang telinga.

Lantas bagaimana solusi terbaik bila telinga kemasukan air? 

Solusinya, lanjut dokter yang akrab dipanggil dr Tika ini, tergantung dari kondisi telinga, apakah memang normal atau pernah didiagnosis menderita kebocoran liang telinga?

Telinga terdiri dari tiga bagian. Pertama, telinga luar yang terdiri dari daun telinga, liang sampai gendang telinga. Kedua, telinga tengah berupa ruangan kecil di balik gendang telinga yang terdapat saluran penghubung ke hidung bagian belakang. Ketiga, telinga dalam adalah bagian yang tertutup dari dunia luar, berisi organ saraf pendengaran dan keseimbangan.

Liang telinga sendiri adalah suatu saluran buntu yang sedikit berkelok membentuk huruf S, yang di ujung buntunya adalah gendang telinga. Dalam keadaan gendang telinga normal, satu-satunya pintu keluar dari liang telinga melalui lubang liang telinga. 

“Pasien yang pernah didiagnosis menderita kebocoran gendang telinga, harus menghindari masuknya air ke dalam telinga, baik disengaja ataupun tidak, “ tandas dokter yang jadi anggota Kelompok Studi Rinologi ini.

Untuk mencegah telinga kemasukan air, aktivitas berenang harus dihindari. Sebab, lanjut dr Tika, jika air masuk dan terperangkap dalam ruangan telinga tengah akan menyebabkan terjadinya infeksi (congek).

Hal sama dikemukakan dokter spesialis THT lainnya, dr. Trimartani SpTHT. Menurut dr. Trimartani, tersumbatnya air di dalam telinga bisa membahayakan karena air dapat masuk ke dalam tengah telinga dan bisa menjadi tempat tumbuh kuman. 

Jika ini sudah terjadi, tambahnya, maka harus segera memeriksakan diri ke dokter untuk pengobatan.

Untuk orang dengan gendang telinga normal namun kemasukan air, berikut dua solusi aman dari dr. Tika:
 
1.    Memiringkan telinga ke arah yang sakit, sehingga diharapkan air dapat keluar sesuai gerakan gravitasi.

2.    Dapat pula dibantu dengan  menarik daun telinga ke belakang atau menekan-nekan lubang telinga. Harapannya, air yang terperangkap di dalam liang telinga dapat keluar. 

Sekali lagi, lanjut dr. Tika, jangan memasukkan air lagi hanya demi “menolong” telinga yang kemasukkan air. Sebab, kebiasaan tersebut justru membahayakan kesehatan telinga seperti:

1.    Dapat menyebabkan infeksi yang lebih berat. Sebagai contoh, jika memasukkan air ke dalam telinga, sedangkan telinga dalam keadaan iritasi atau radang, maka air akan menambah kelembapan liang telinga dan menjadi media yang baik untuk tumbuhnya bakteri dan jamur di liang telinga. 

2.    Memasukkan air ke dalam telinga dalam kondisi gendang telinga yang bocor akan memicu terjadinya infeksi. Alhasil akan keluar cairan dari telinga yang dikenal sebagai congek. 

3.    Memasukkan air ke dalam telinga yang mengandung zat-zat iritan atau mengandung kuman malah akan menyebabkan iritasi dan  infeksi lebih lanjut.

4.    Memasukkan air ke dalam telinga dengan suhu yang terlalu panas atau dingin, dapat memicu timbulnya vertigo (pusing berputar) karena rangsangan pada organ keseimbangan di dalam telinga.

Dua dokter spesialis THT tersebut sepakat, bahwa sebagian besar keluhan kemasukan air dalam telinga sebenarnya dapat sembuh dalam waktu sesaat. Karena air mudah menguap melalui lubang telinga.

“Bila keluhannya menetap, perlu dicurigai adanya kelainan. Penyebab terbanyak adalah akibat mengembangnya kotoran telinga, sehingga memenuhi liang telinga yang mengganggu pendengaran si pasien,” tambah dr. Tika.

Saran dr Tika, segeralah periksa jika keluhan kemasukan air setelah berenang bersifat menetap. Pada kondisi kotoran telinga mengembang, dokter baru akan menyemprotkan air ke dalam telinga pasien untuk pembersihan. Air yang dimasukkan diharapkan dapat menciptakan tekanan yang mendorong kotoran keluar dari liang telinga.

Sebelum melakukan tindakan tersebut, dokter akan memeriksa keadaan liang telinga sebelumnya. Tujuannya untuk menilai apakah kondisi telinganya aman untuk dimasukkan air untuk pembersihan atau tidak. 

Air yang dimasukkan biasanya mengandung antiseptik, dan suhunya harus sesuai dengan suhu tubuh.

Sumber : http://id.she.yahoo.com/jangan-gegabah-tangani-telinga-kemasukan-air-084957861.html